PERBINCANGAN SEBUAH HATI TENTANG RASA ITU..
PERBINCANGAN SEBUAH HATI TENTANG RASA ITU..
Sebagai instrospeksi diriku sendiri
saja.. :D
Pada suatu hari,, si cinta (hati sisi kiri) bercerita pada
si bijak (hati sisi kanan) bahwasanya si cinta menyimpan sebuah rasa pada
seseorang sebut saja si dia (hati yang asing)..
Si cinta : aku punya rasa pada si dia..
Si bijak : benarkah,, perasaan apa itu??
Si cinta : aku tidak tahu,, aku berpikir bahwa itu perasan
cinta..
Si bijak : begitukah wahai hati sisi kiri,, apakah engkau
tahu definisinya cinta??
Si cinta : aku tidak tahu pasti.. mungkin seperti puisinya
ayatul khusna di Ketika Cinta Bertasbih.. “Cinta adalah kekuatan yang mampu
mengubah duri jadi mawar,, mengubah cuka jadi anggur,, mengubah sedih jadi
riang,, mengubah amarah jadi ramah,, mengubah musibah menjadi muhibbah,, itulah
cinta..”
Si bijak : iya,, memang untuk
mendefinisikan cinta itu sulit,, tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit
diraba dengan kata-kata.. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan
dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan
menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu
sendiri.”
Namun wahai hati sisi kiri,, yakinkah engkau bahwa sebentuk
perasaan yang kau miliki untuk si dia itu bernama cinta??
Si cinta : aku yakin itu perasan cinta karena mendengarnya
bahagia di sana aku sudah cukup bahagia.. dia bahagia,, aku bahagia.. dia
sedih,, aku juga ikut sedih..
Si bijak : wahai hati sisi kiri,, patutkah sebuah rasa itu
engkau sebut sebagai cinta??
Si cinta : aku yakin ini cinta.. karena keikhlasan ada di
dalamnya.. aku tidak mengharapkan apa2..
Si bijak : wahai hati sisi kiri,, patutkah sebuah rasa itu
engkau sebut sebagai cinta??
Si cinta : aku yakin ini cinta.. karena aku tidak tahu
mengapa perasaan ini begitu saja ada..
wahai hati sisi kanan,, mengapa engkau mengulang terus pertanyaan itu..
Si bijak : karena seharusnya perasaan itu jangan sampai
menjadi perasaan cinta..
Si cinta : bukankah fitrahnya manusia untuk mencintai..
Si bijak : memang benar,, namun ada yang mengganjal disini..
Si cinta : apanya yang mengganjal?? Aku mencintainya dengan
diam,, menghormatinya dengan diam,, menjaganya dengan diam,, menyimpannya dalam
diam..
Si bijak : yang mengganjal di sini adalah seseorang
mencintai seseorang lain sebelum dinyatakan sah dan halal.. dengan diam ataupun
tidak,, tetap saja hatimu telah salah menempatkan rasa itu..
Si cinta : apanya yang salah?? Apakah salah jika aku
menyukai si dia,, mengagumi si dia..
Si bijak : itu tidak salah jika engkau menempatkannya hanya
sebatas suka atau kagum saja dan jika perasaan suka atau kagum itu membuatmu
untuk menjadi pribadi yang lebih baik..
namun jika engkau menempatkannya sebagai cinta di hatimu.. entahlah,, tapi
pantaskah itu?? bukankah seharusnya cintai apa yang dimiliki,, bukan memiliki apa
yang dicintai.. termasuk dalam urusan seorang manusia yang akan menjadi jodoh
kelak..
si cinta : tapi bukankah cinta tak harus memiliki??
Si bijak : iya itu banyak orang kata.. namun wahai hati sisi
kiri,, tidakkah engkau mencoba merenungi.. sayang sekali jika dirimu mencintai
seseorang yang belum tentu akan menjadi pasangan hidupmu nantinya.. Iya kalau
jodoh nanti adalah dia.. namun jika bukan, betapa kasihan jodoh yang
sebenarnya.. jodoh yang seharusnya mendapatkan cinta seutuhnya,, namun
bagaimana jika sebagian hati telah tertawan pada hati yang lain..
jodoh kelak yang seharusnya dicintai,, tapi nyatanya hanya
mendapatkan sisa-sisa cinta dari sekeping hati yang rapuh ini..
Si cinta : Astaghfirullah hal adzim.. benar kata2mu itu si
bijak.. seharusnya rasa cinta ini memang utuh dan sepenuhnya dipersembahkan
untuk jodoh kelak jika nanti waktunya telah tiba.. Bukan dengan sisa-sisa
cinta, apalagi hanya sebagai pelarian semata..
Si bijak : Alhamdulillah,, jika engkau saat ini telah
menyadari.. “Tulang rusuk tidak akan tertukar” begitu kata salah seorang
teman..
Yakinlah bahwa seseorang yang berjodoh nanti adalah yang
terbaik menurut Sang Maha Tahu Segalanya.. Jadi tak perlu menyibukkan diri
untuk mencintai hati yang belum tentu akan mencintai seperti kamu
mencintainya.. Kalaupun misalnya dia juga punya perasaan yang sama, belum tentu
kan nantinya berjodoh.. Tak sampai hati kan rasanya bila menyakiti jodoh yang sebenarnya
nanti..
Si cinta : terima kasih wahai si bijak,, benar juga tulang rusuk tidak akan tertukar..
Si bijak : baiklah.. wahai hati sisi kiri,, ada baiknya jika
sekarang saatnya lebih memperbaiki diri,, mempersiapkan diri dan menjaga hati
untuk jodoh kelak nanti yang entah siapa itu.. Jangan sampai hati ini ternoda
oleh cinta yang alamat palsu..
Si cinta : baik.. aku juga tidak ingin seperti itu salah alamat palsu..
Si bijak : sungguh indahnya jika rasa cinta itu datang
setelah ada ikatan yang semestinya.. CINTA KARENA ALLAH SWT.. indah bukan..
Seperti indahnya kisah cinta Khadijah dan Rasulullah saw,,
juga kisah cinta Siti Fatimah dan Ali bin Abi Thalib..
Si cinta : SubhanAllah,, aku ingin seperti itu..
Si bijak: Wallahu A’lam..
NB : maaf sekali,, mungkin kesannya seperti curhat colongan si penulis blog ya..
maaf juga,, si penulis blog sejauh ini hanya bisa menulis tentang kehidupan pribadinya..
si penulis blog meski bertekat berusaha dan mencoba menulis lepas dari kehidupan pribadinya.. namun baginya ternyata masih sangat sulit untuk menulis lepas dari hidup pribadinya.. untuk itu si penulis blog tetap mempertahankan gaya menulisnya yaitu gaya penulisan yang bercerita tentang diri sendiri,, meski sebagian orang menganggap blog ini menjadi semacam buku diary penulis blog.. mungkin seperti itulah gayanya..
namun tidak semua apa yang ada di hati,, apa yang ada di pikiran,, penulis blog tuliskan di sini.. :)

Komentar
Posting Komentar